Itu kisahku... Tanggal 14 September 20xx aku berpetualang ke suatu tempat dalam waktu yang cukup lama (2 minggu)... Nah, tanggal 17nya, aku main ke lapangan sepak bola. Disana aku liat ada seekor makhluk (upss maaf) yang agak mencurigakan... Aku ikuti dia yang tiba-tiba masuk seenaknya ke basecamp tempatku singgah. Setelah aku tanya, ternyata makhluk itu memang kenal sama salah satu penghuni tempat singgahku. Yaa, aku maklumi itu. Terus aku kejar dia, hampir sampai keluar gang. Disitu aku ngobrol, tapi ya belum tepat dibilang ngobrol soalnya aku bertanya dengan nada tinggi. Ampuun deeh,, ni orang nyebelin banget. Tapi ya udah lah, satu-satunya teman ngobrolku ya cuma makhluk aneh itu. Eh ada yang unik lagi dari makhluk devil itu, aku kaget pas tahu kalo ternyata dia itu pengam***. Aku sih mau jaga jarak sama si devil itu waktu aku tau kebiasaannya, tapi betapa kagetnya aku waktu dia tanya, "Kenapa... kaget? Mau jaga jarak? Nggak selamanya orang yang cari duit kayak gitu itu hina lagian aku cuma pengen bantu orang tua!" Walaupun dia bilang gitu dengan nada normal, tapi ya aku tersinggung. Setelah itu, dia pergi. Tapi dia cepet banget ngilangnya dan membuatku gak sempat ngejar. Aku terus kepikiran, aku udah nyakiti hati orang. Esok paginya aku berusaha untuk minta maaf, aku cari dia. Tapi hingga pukul 14.00 aku belum juga nemuin dia. Akhirnya aku putuskan cari si devil ke tempat favoritnya, dan aku nemu dia lagi main gitar disitu. Aku cuma bilang "Maaf, aku gak maksud jaga jarak. Aku cuma kaget aja. Dan satu lagi, aku minta maaf bukan karena aku merasa salah, tapi aku gak pengen kamu nyebar fitnah yang nggak-nggak tentang aku!", itupun aku bilang dari jarak 10 meter. Aku langsung pulang, mandi, terus melanjutkan petualangan malam. Kacau, aku ketemu si devil lagi! Akhirnya aku introgasi dia. Setelah aku pikir-pikir, si devil memang tak seburuk apa yang kubayangkan. Tapi ya tetep aja aku harus jaga jarak. Malahan, aku sempat melempar kepalanya dengan es batu dan memukulnya dengan sandal. Tapi ternyata dia memberiku sedikit arti bahwa aku gak boleh memandang orang dari luarnya aja. Terima kasih banyak untuk "si devil" yang tak tahu dimana keberadaannya sekarang.